Kategori: Kerajaan

  • Sejarah Kerajaan Salakanagara: Pendiri, Letak, Silsilah Raja, Keruntuhan, Peninggalan

    Kerajaan salakanegara

    Asal usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Salakanagara

    Kerajaan Salakanagara merupakan sebuah kerajaan yang diyakini sebagai leluhur Suku Sunda dan diperkirakan berdiri pada abad ke-2 di tahun Masehi. Di dalam berbagai buku sejarah dan naskah literatur Kerajaan Kutai, kerajaan ini adalah kerajaan yang pertama dan tertua di nusantara. Bukti fisik nyatanya berupa naskah Wangsekerta dan juga beberapa arca.

    Naskah Wangsekerta ialah karya sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno namun asalnya bukan dari Jawa melainkan dari Cirebon. Kerajaan ini merupakan kerajaan hindu yang membawahi beberapa kerajaan kecil. Beberapa kerajaan kecil tersebut tersebar di beberapa daerah seperti Provinsi Banten, Selat Sunda, Jawa Barat hingga Provinsi Lampung. 

    Disebut leluhur Suku Sunda karena memiliki kosakata yang sama antara Salakanagara dan Sunda serta wilayah peradaban keduanya sama persis selama berabad-abad. Selain kesamaan kosakata dan wilayah peradabannya, cara penyebutan jam atau waktu di jam salakanagara juga menggunakan bahasa sunda, 

    Letak dan Pendiri Kerajaan Salakanagara

    Naskah Wangsekerta menyebutkan bahwa ibukota Kerajaan Salakanagara berada di Kota Rajatapura atau negeri Argyre. Seorang astrolog Romawi, astronom sekaligus ahli geografi bernama Claudius Ptolemaeus lah yang menyebut Kota Rajatapura dengan sebutan negeri Argyre yang mana letaknya di suatu wilayah Timur Jauh. 

    Kata ‘Argyre’ memiliki arti ‘perak’ dan diubah maknanya sebagai Merak oleh para ahli. Claudius Ptolemaeus menjelaskan bahwa Kota Rajatapura berada di Jawa, namun beliau menyampaikan letak kota tersebut ada di ujung Pulau Labodio sebelah barat dan dikaitkan dengan Yawadwipa. Saat ini kota tersebut masuk di wilayah Pandeglang, Banten tepatnya di Teluk Lada.

    Kemudian Dr Edi S. Ekajati sebagai seorang sejarawan Sunda mengatakan bahwa ibukota kerajaan terletak di Kota Merak. Arti kata ‘merak’ dalam bahasa sunda adalah membuat perak. Sementara pada tahun 132 Masehi ada sebuah berita berasal dari China yang menyebutkan dalam bahasa Sansekerta dengan lafal China bahwa letak kerajaan berada di wilayah Ye-tiao atau Yawadwipa.

    Pendiri kerajaan bernama Dewawarman dan kerajaan didirikan pada tahun 130 Masehi. Namun menurut sejarahnya, kerajaan ini hanya berdiri dalam kurun waktu 232 tahun saja, lebih tepatnya dari tahun 130-362 Masehi. Awal mulanya kerajaan dipimpin oleh Raja Dewawarman I selama 38 tahun pertama. Kemudian digantikan Raja Dewawarman II yang merupakan anak dari Raja Dewaearman I.

    Raja Dewawarman II memiliki gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Hingga akhirnya setelah berganti-ganti kekuasaan, menurut sejarah Kerajaan Salakanagara terakhir kali dipimpin oleh Raja Dewawarman VIII hingga akhir masa kerajaan pada tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman VIII merupakan raja terakhir di kerajaan tersebut dan mempunyai gelar Prabu Darmawirya Dewawarman.

    Keadaan ekonomi dan kehidupan beragama penduduknya pada saat kerajaan dipimpin oleh Raja Dewawarman VIII sangatlah baik. Dimana penduduknya pada masa itu berada dalam keadaan ekonomi yang begitu makmur, sentosa, dan sejahtera. Selain itu, keadaan beragama pada masa itu juga sangat harmonis. Setelah itu, kerajaan ini beralih menjadi bawahan kekuasaan Tarumanegara.

    Editor terkait:

    Kehidupan di Kerajaan

    Awal mulanya Kerajaan Salakanagara didirikan oleh Raja Dewawarman I. Pendiri kerajaan ini merupakan seorang pedagang, perantau sekaligus duta keliling yang berasal dari India, tepatnya dari daerah Pallawa, Bharata. Beliau kemudian menetap bersama para pengikut dan pasukannya setelah menikah dengan Dewi Pwahaci Larasati. 

    Dewi Pwahaci Larasati adalah putri dari seorang penguasa kampung sekaligus penghulu setempat yang bernama Aki Tirem atau Aki Luhur Mulya. Karena Raja Dewawarman I memperistri wanita setempat, maka semua pasukan dan pengikutnya mengikuti jejak sang Raja dengan menikahi wanita setempat sehingga tinggal menetap di kampung tersebut.

    Setelah mertuanya meninggal, Dewawarman mendapatkan tongkat kekuasaan kemudian mendirikan Kerajaan Salakanagara pada tahun 130 Masehi. Dewawarman menjadi raja pertama di kerajaan tersebut dan menyandang gelar dengan nama Prabu Dawmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. 

    1. Kehidupan Politik Kerajaan Salakanagara

    Kerajaan sering mengadakan urusan politik kerajaan berupa hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan yang ada di India dan China. Adanya kerjasama yang terjalin dengan China menjadikan kerajaan ini dikenal dengan sebutan Kerajaan Holotan. 

    2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Salakanagara

    Meskipun merupakan negara maritim, namun kerajaan ini memiliki sistem pertanian dengan menggunakan cara berladang. Pada masa kejayaan kerajaan yang dipimpin oleh Raja Dewawarman VIII, mata pencaharian penduduknya antara lain nelayan, berburu, berniaga, serta Bertani.

    3. Kehidupan Sosial Kerajaan Salakanagara

    Kehidupan Sosial di Kerajaan Salakanagara begitu harmonis sehingga membuat penduduk kerajaan begitu betah.

    4. Kehidupan Agama Kerajaan Salakanagara

    Pada tahun 348-363 Masehi saat masa kepemimpinan Raja Dewawarman VIII, kehidupan beragama penduduknya sangatlah maju. Salah satu agama yang maju tersebut adalah agama wisnu. Dalam agama wisnu ini ada yang memuja Siwa Wisnu, Ganesha, dan Siwa. Pemeluk terbanyak yaitu pemuja Ganapati atau Ganesha.

    5. Kehidupan Budaya Kerajaan Salakanagara

    Kehidupan berbudaya di kerajaan sangat kental. Ada upacara budaya khas kerajaan pada waktu-waktu tertentu.

    Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Salakanagara

    Kerajaan Salakanagara berganti kepemimpinan dari Raja Dewawarman I – Raja Dewawarman VIII. Raja terakhir kerajaan yakni Raja Dewawarman VIII. Setelah itu kekuasaan kerajaan digantikan oleh Jayasingawarman yang merupakan menantunya. Jayasingawarman memindahkan kekuasaan ke daerah di sekitar sungai Citarum dan mengubah nama kerajaan menjadi Tarumanegara.

    Menantu Raja Dewawarman VIII memindahkan ibukota ke daerah dekat Bekasi sebelah wetan. Kemudian status kerajaan sebelum berganti nama menjadi Tarumanegara yakni menjadi bawahannya. Jayasingawarman sendiri merupakan seorang maharesi yang berasal dari India, tepatnya dari daerah Salankayana. 

    Jayasingawarman mengungsi ke Nusantara akibat penaklukan mergi yang dilakukan oleh seorang Maharaja bernama Samudragupta yang berasal dari Kerajaan Magada India. Sebelum berganti menjadi Tarmanegara, Kerajaan Salakanagara yang berada di ibukota Rajatapura menjadi pusat sistem pemerintahan para raja Dewawarman I-VIII dan kotanya disebut dengan negeri Argyre.

    Silsilah Raja di Kerajaan Salakanagara

    1. Raja Dewawarman I (130-168 M)

    Awal mulanya beliau merupakan pedagang yang berasal dari Bharata, India. Gelar yang disematkan yaitu Prabu Darmaloka Aji Raksa Gapura Sagara.

    2. Raja Dewawarman II (168-195 M)

    Beliau merupakan putra Raja Dewawarman I yang paling tua. Gelar yang didapat yaitu Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. 

    3. Raja Dewawarman III (195-238 M)

    Beliau adalah putra Raja Dewawarman II dan mendapatkan gelar Prabu Singasagara Bimayasawirya.

    4. Raja Dewawarman IV (238-252 M)

    Raja keempat di Kerajaan Salakanagara merupakan menantu Dewawarman II dan disebut sebagai Raja Ujung Kulon.

    5. Raja Dewawarman V (252-276 M)

    Raja kelima adalah menantu dari Raja Dewawarman IV.

    6 Raja Dewawarman VI (289-308 M)

    Beliau adalah putra Raja Dewawarman V yang paling tua dan memperoleh gelar Sang Mokteng Samudera.

    7. Raja Dewawarman VII (308-340 M)

    Raja ketujuh merupakan putra Raja Dewawarman VI yang tertua dan diberi gelar Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati.

    8. Raja Dewawarman VIII (348-362 M)

    Raja kedelapan adalah cucu Raja Dewawarman VI yang menikah dengan Sphatikarnawa. Gelar yang ditujukan untuk beliau yaitu Prabu Darmawirya Dewawarman.

    Masa Kejayaan Kerajaan Salakanagara

    Kerajaan Salakanagara mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Dewawarman VIII. Beliau memimpin kerajaan pada tahun 348-363 M. Gelar yang diperoleh yaitu Prabu Darmawirya Dewawarman. Ketika kerajaan sedang berada di masa puncak kejayaan, kehidupan beragama dan ekonomi penduduknya sangat maju dan subur makmur. 

    Bahkan, kerajaan ini telah berhasil menaklukkan beberapa kerajaan yang ada di Jawa barat seperti Kerajaan Tanjung Kidul yang berada di Cianjur, Kerajaan Agninusa yang berada di Krakatau, dan Kerajaan Ujung Kulon yang berada di Banten. Kerajaan ini juga mempunyai sebutan Kerajaan Holotan dan telah menjalin kerjasama yang baik dengan negeri China.

    Penyebab Runtuhnya Kerajaan Salakanagara

    Kerajaan Salakanagara mengalami keruntuhan saat Kerajaan Tarumanegara muncul dan semakin kuat pada abad ke-4 Masehi. Meskipun kerajaan tersebut hanya bertahan sebentar yakni dua abad, akan tetapi lahir raja-raja dengan garis keturunan penguasa Salakanagara yang tersebar di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya serta Pajajaran.

    Bukti Peninggalan Kerajaan Salakanagara

    1. Air Terjun Curug Putri

    Dahulu, air terjun ini merupakan tempat pemandian Ki Roncang Omas dan Nyai Putri Rincik Manik dan terletak di lereng Gunung Pulosari yang berada di Kecamatan Pandeglang. Terdapat beraneka ragam bebatuan yang berbentuk persegi dan berserakan di bawah air terjun yang mengucur. 

    2. Batu Magnit

    Peninggalan Kerajaan Salakanagara ini merupakan batu yang unik karena semua pengukuran arah mata angin menggunakan kompas maka jarum kompasnya selalu menunjuk ke arah batu tersebut. Batu magnit ini terletak di puncak Gunung Pulosari, tepatnya di puncak Rincik Manik. Lokasinya ada di Desa dan Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang.

    3. Menhir Cihanjuran

    Letak Menhir Cihanjuran ini yaitu di sebuah lereng yang ada di gunung Pulosari sebelah barat. Lokasi tersebut tidak jauh dari kampung Cilentung dan berada di Kecamatan Saketi. Lokasi tersebut didapatkan tanpa diukur secara presisi dimensi dan tanpa dilihat secara administratif. Batu tersebut mirip dengan batu prasasti bernama Kawali II yang berada di Ciamis.

    Batu ini juga mirip dengan Batu Tulis yang berada di Bogor. Batu Menhir tersebut dihubungkan oleh tradisi setempat untuk tempat Maulana Hasanuddin saat menyabung ayam dengan Pucuk Umum. Menhir tersebut berjumlah 3 dan terletak di sebuah mata air. Mata air pertama berada di Desa Cikoneng. Kedua di Kecamatan Mandalawangi dan yang ketiga di Kecamatan Saketi.

    4. Dolmen

    Peninggalan Kerajaan Salakanagara yang lain adalah dolmen yang terbuat dari bebatuan andesit dan dikerjakan dengan cara yang sangat halus. Permukaan dolmen tersebut rata dengan pelipit melingkar yang dipahat dan ditopang oleh penyangga berjumlah 4 buah dengan tinggi 35 cm di setiap penyangganya.

    Batu dolmen ini terletak di daerah Desa Palanyar, tepatnya di kampung Batu Ranjang, Kabupaten Pandeglang. Dolmen mempunyai bentuk berupa batu datar yang disebut Batu Ranjang dengan ukuran panjang 250 cm serta lebar 110 cm. 

    Tanah di sekitar dolmen serta bagian bawah batu ada ruang kosong. Terdapat fondasi di bagian bawah dan batu kali yang fungsinya sebagai penjagaan agar tiang penyangga dapat berdiri tegak dan tidak masuk ke dalam tanah 

    5. Pemandian Prabu Angling Dharma

    Pemandian yang merupakan peninggalan Kerajaan Salakanagara ini dahuku digunakan sebagai pemandian Aki Tirem atau Wali Jangkung atau Prabu Angling Dharma. Pemandian ini berada di Kabupaten Pandeglang, tepatnya di situs Cihanjuran.

    ——————–

    Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Cosmo Girl

  • Sejarah Kerajaan Demak: Pendiri, Letak, Silsilah Raja, Keruntuhan, Peninggalan

    Makam Raden Patah

    Sejarah dan latar belakang berdirinya Kerajaan Demak

    Kerajaan Demak merupakan sebuah kerajaan Islam pertama di pantai utara Jawa. Dahulu Demak muncul sebagai kabupaten dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan atau Kesultanan Demak menjadi salah satu pelopor terbesar penyebaran Islam terbesar di Pulau Jawa. Akan tetapi, umur dari Kerajaan Demak sangat pendek daripada kerajaan-kerajaan lain. Salah satu peninggalan yang sangat terkenal dari Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak yang didirikan bersama Wali Songo.
    Kerajaan Demak yang menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia tentu memiliki sejarah yang sangat kompleks, mulai dari berdiri hingga berakhirnya kerajaan tersebut. Dalam perjalanannya, Kesultanan Demak memiliki peristiwa-peristiwa penting di dalamnya. Berikut sejarah berkuasanya Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama.

    Pendiri Dan Raja Pertama Kerajaan Demak

    Pendiri Kerajaan Demak yakni Raden Patah sekaligus raja atau kesultanan pertama. Setelah beliau pergi meninggalkan Majapahit, beliau mendapatkan dukungan bupati di sekitar wilayah Demak. Kemudian beliau mendirikan kerajaan Demak. Kerajaan tersebut merupakan kerajaan Islam, sehingga norma dan aturan yang diberlakukan berlandaskan pada nilai dan ajaran Islam.
    Kerajaan Demak berdiri ditandai dengan keberadaan condro sengkolo. Berdasarkan cerita yang masih hidup hingga sekarang, ketika Raden Patah berkunjung di Glagah Wangi, beliau menjumpai seseorang yang dikenal dengan sebutan Nyai Lembah. Raden Patah disarankan untuk menetap di Glagah Wangi. 
    Raden Patah mengikuti saran tersebut dan bermukim di desa tersebut. Kini daerah tersebut dikenal dengan sebutan Bintoro Demak. Seiring berjalannya waktu, Bintoro Demak menjadi pusat ibu kota seluruh aktivitas Kerajaan Demak.

    Letak Kerajaan Demak

    Pada zaman dahulu, kerajaan ini berada di tepi laut. Tempat ini masuk dalam wilayah Kampung Bintara. Pada saat ini Kampung tersebut termasuk dalam wilayah Jawa Tengah. Ketika pemerintahan Demak dipimpin oleh Sultan Prawoto, tempat ini dipindahkan ke Demak Prawata.
    Ketika Sultan Prawoto meninggal, kerajaan ini dipindahkan ke Jipang oleh Arya Penangsang yang memegang kendali pemerintahan pada saat itu. Kemudian Arya Penangsang meninggal karena dibunuh oleh Ki Gede Pamanahan dan Hadiwijaya. Hadiwijaya yang berasal dari Pajang ini akhirnya menerima kendali penuh untuk mengatur kerajaan Demak. Setelah itu, kerajaan ini menjadi Kerajaan Pajang.

    Silsilah raja-raja kerajaan Demak

    Sejak resmi berdiri pada 1481 M, Kerajaan Demak dipimpin oleh para raja dengan dukungan pemuka agama yang dikenal sebagai Walisongo. Ada beberapa raja yang memimpin Kerajaan Demak dari awal berdiri, menuju masa kejayaan, hingga mengalami keruntuhan. Berikut uraiannya.

    1. Raden Patah

    Raden Patah ialah putra pemimpin Majapahit, Raden Brawijaya dari pernikahannya dengan putri keraton dari Campa. Raden Patah adalah raja pertama di kerajaan demak, beliau menjabat selama 18 tahun mulai tahun 1500—1518. Semasa pemerintahannya telah membangun banyak bangunan peribadatan, termasuk Masjid Agung Demak yang hingga kini masih berdiri kokoh di pusat kota Dema

    2. Patih Unus

    Raden Patah memiliki anak bernama Pati Unus yang kemudian naik tahta setelah masa pemerintahan sang ayah berakhir di tahun 1518. Namun Pati Unus hanya berkuasa selama 3 tahun saja. Pati Unus didapuk dengan gelar Pangeran Sabrang Lor berkat perlawanannya pada Portugis dalam upaya merebut Malaka. Pati Unus gugur dalam upaya penyerbuan Portugis yang kedua ke Malaka tahun 1521.

    3. Sultan Trenggana

    Sultan Trenggana menjadi raja dalam silsilah Kerajaan Demak yang terkenal akan pertempurannya merebut Sunda Kelapa dari jerat tangan Portugis di bawah pasukan pimpinan Fatahillah. Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana, kerajaan besar di Jawa seperti Mataram, Blambangan, Madura, serta Pajang berhasil dikuasai Demak. Pemerintahan Sultan Trenggana berakhir usai beliau wafat saat peperangan di Pasuruan tahun 1546.

    4. Sunan Prawoto

    Setelah Pati Unus turun tahta, pergolakan mulai terjadi di Kerajaan Demak karena tidak ada keturunan langsung dari permaisuri yang menjadi pemimpin. Alhasil Sultan Trenggana yang menjadi raja setelah Pati Unus. Selanjutnya, sepeninggal Sultan Trenggana digantikan oleh Sunan Prawoto yang hanya berkuasa selama beberapa tahun saja, karena beliau lebih mendalami kehidupan sebagai ulama yang mensyiarkan Islam ke penjuru Jawa.

    4. Arya Penangsang

    Dalam sejarah tercatat bahwa Sunan Prawoto meninggal dibunuh orang suruhan Arya Penangsang yang hendak mengambil alih tahta. Maka Arya Penangsang menjadi raja Demak selanjutnya dan memindahkan pemerintah ke Jipang. Berbagai konflik mulai terjadi, apalagi setelah pemindahan Kerajaan Demak menuju Pajang di tahun 1586 akibat Hadiwijaya mengalahkan Arya Penangsang. Masa itu pun menjadi akhir Kerajaan Demak. 

    Kehidupan Masyarakat dan Masa Kejayaan

    Kehidupan Sosial

    Perbedaan mendasar dari kehidupan masyarakat di Kerajaan Islam dan Kerajaan Hindu adalah akses yang masif terhadap agama oleh masyarakat umum. Agama Islam yang tidak mengenal kasta dapat dianut oleh seluruh lapisan masyarakat. Terlebih dikarenakan tidak adanya ritual yang memakan biaya begitu besar seperti persembahan kepada dewa atau brahmana yang kerap dilakukan raja-raja Hindu. Sistem sosial kerajaan Islam bersifat lebih egaliter, seperti dilaksanakannya Salat Jum’at yang bersamaan antara pejabat dengan rakyat biasa. Hal ini tentunya merupakan bentuk kebaruan yang tidak ditemui sebelumnya di Jawa, terlebih dalam sistem feudal yang meletakkan posisi penguasa amat tinggi. Hampir seluruh masyarakat Demak, terutama di pusat kekuasaan beragama Islam. Ditunjang dengan dakwah oleh berbagai ulama yang dekat dengan kekuasaan yaitu Wali Songo.

    Kehidupan Politik

    Secara politik dan sistem pemerintahan, Kerajaan Demak merupakan kekuasaan terbesar di Jawa. Mengakhiri dominasi panjang Majapahit, dan eksistensi penguasa Sunda yang secara konsisten berdiri sejak abad ke-6 Masehi. Kerajaan Demak menempatkan adipate-adipati sebagai perpanjangan tangan Sultan. Wilayah seperti Surabaya, Tuban, dan Madiun memiliki adipate-adipati yang cukup berpengaruh. Kerajaan Demak juga pertama kali bersentuhan dengan imperialisme barat, Berdirinya Demak pada abad ke-16 kemudian dilanjutkan dengan pendudukan Portugis di Malaka. Direbutnya Sunda Kelapa pada tahun 1527 adalah salah satu upaya untuk menguasai seluruh pesisir utara dan menangkal kedatangan Portugis di Jawa.

    Kehidupan Ekonomi

    Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi utama masyarakat Demak adalah perdagangan laut. Tidak adanya kerajaan sahabat di Jawa juga menjadi faktor mengapa Demak sangat aktif berdagang di laut. Kerajaan demak mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, berhasil memperluas wilayah dan menguasai pelabuhan utama seperti Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Selain itu, kadipaten-kadipaten di pedalaman seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati, dan Pajang juga merupakan sumber utama pertanian dan peternakan sebagai komoditas dagang. Beras Jawa merupakan komoditas penting dalam perdagangan internasional di Nusantara.

    Penyebab Keruntuhan Kerajaan Demak

    Terjadinya Perang Antar Saudara

    Tragedi ini berawal dari persaingan antara pangeran surowiyoto atau lebih dikenal dengan Sekar Seda Lepen dengan Sultan Trenggana. Mereka adalah dua putra dari pemimpin Kerajaan Demak sebelumnya yakni Raden Patah. Setelah Raden Patah meninggal, kedua putranya bersaing untuk menduduki tahta raja dan kedudukan sebagai raja berhasil diraih oleh Trenggana.
    Usai Trenggana meninggal kedudukan raja ditempati oleh putranya yang bernama Sunan Prawoto. Namun, kedudukannya tak berjalan mulus dan ditentang keras oleh Sekar Seda Lepen. Akibat penolakan kerasnya itulah Sunan Prawoto membunuh Seda Lepen di tepi sungai ketika ia pulang dari masjid usai sholat jumat. 
    Pada tahun 1561 Arya Penangsang putra dari Seda Lepen membunuh Sunan Prawoto sekeluarga dan merebut kursi raja Demak kelima. Setelah berhasil menjadi raja, Arya Penangsang memerintahkan pengikutnya untuk membunuh penguasa Jepara Pangeran Hadiri. Hal tersebutlah yang membuat para adipati termasuk Jaka Tingkir Hadiwijaya memusuhi sang raja.
    Merasa tak terima, pada 1554 Jaka Tingkir Hadiwijaya dan pengikutnya melakukan pemberontakan. Arya Penangsang berhasil dibunuh oleh anak angkat Jaka Tingkir yaitu Sutawijaya. Meninggalnya raja Demak menandakan kesultanan Demak berakhir dan pusat pemerintahan dipindah ke Pajang oleh Jaka Tingkir. 

    Adanya Perdebatan Sengketa Dalam Keluarga

    Penyebab runtuhnya kerajaan Demak berikutnya yakni perbedaan keturunan dalam keluarga raja Raden Patah. Ia diketahui memiliki banyak anak laki-laki namun berasal dari ibu yang berbeda. Kesulitan pertama dialami setelah mangkatnya Adipati Yunus yang tak meninggalkan putra. Pangeran Surowiyoto atau Sekar Seda Lepen dan Raden Trenggana berebut kekuasaan.
    Perdebatan tersebut disebabkan Seda Lepen merupakan putra tertua sang raja namun ia lahir dari istri ketiga. Sedangkan Raden Trenggana yang jauh lebih muda namun lahir dari istri pertama.

    Pemerintahan yang gagal

    Pemerintahan kerajaan yang gagal menjadi faktor yang menyebabkan kerajaan Demak runtuh. Beberapa masalah seperti perbedaan manzhab antara rakyat dan bangsawan, pemerintah yang abai kepada rakyat karena terlalu fokus perang dengan Portugis dan kurangnya mendengar aspirasi rakyat membuat kerajaan Demak tak bisa bertahan.

    Hasil Kebudayaan Kerajaan Demak

    Soko Tatal

    Salah satu hasil kebudayaan yang diwariskan oleh Kerajaan Demak yaitu Soko Guru dan Soko Tatal yang terdapat di Masjid Agung Demak. Soko Guru adalah 3 buah tiang yang dibuat dari kayu utuh dengan diamater sekitar 1 meter. Sedangkan Soko Tatal dibuat dari potongan kayu yang berasal dari kayu sisa pembuatan 3 soko guru.
    Keunikan pada satu tiang yang dinamakan Soko Tatal ini disebabkan karena Sunan Kalijaga hanya mampu membuat 3 tiang penyangga, sedangkan masjid sudah siap dibangun. Oleh sebab itu, Sunan Kalijaga berinisiatif untuk mengumpulkan potongan kayu dari ketiga Soko Guru untuk dibuat satu tiang penyangga. Tiang ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta wisata rohani.

    Pawestren

    Kerajaan Demak menjadi salah satu kerajaan islam di Indonesia yang mewariskan banyak hasil kebudayaan. Diantaranya yaitu Pawestren yang dibangun sebagai tempat suci untuk sholat berjamaah bagi perempuan. Bangunan yang kaya akan arsitektur ini dibangun karena jamaah laki-laki harus terpisah dengan perempuan.
    Pawestren memiliki dinding yang indah dengan ukiran yang berasal dari motif Majapahit atau biasa dikenal dengan motif maksurah. Tempat ibadah satu ini dibangun dengan menggunakan tiang utama yang berjumlah 4 buah dan diperkuat dengan tiang penyangga sejumlah 4. Tiang utama Pawestren ini menopang belandar balok yang tersusun dari 3 lapisan.

    Situs Kolam Wudhu

    Situs satu ini sangat terkenal dan menjadi hasil kebudayaan Kerajaan Demak yang sering dikunjungi oleh para wisatawan rohani. Situs kolam wudhu dibangun dengan tujuan memfasilitasi para musafir atau santri untuk mengambil wudhu saat mengunjungi Masjid Agung Demak. Namun kini, situs kolam ini tidak lagi digunakan.

    Masjid Agung Demak

    Masjid Agung Demak
    Hasil kebudayaan satu ini sangat terkenal dan banyak dijadikan sebagai tujuan wisata rohani. Masjid ini dibangun pada masa Kerajaan Demak pada tahun 1479 dengan arsitektur yang memanjakan mata. Anda akan menyaksikan ornamen dan kaligrafi yang kental akan suasana islam. Masjid ini terletak di Demak tepatnya di Provinsi Jawa Tengah.

    Bukti Peninggalan Kerajaan Demak

    Makam Sunan Kalijaga

    Makam Sunan Kalijaga menjadi salah satu situs paling sering dikunjungi untuk melakukan takziyah. Para peziarah ataupun sekedar melakukan wisata rohani dapat bebas memasuki kawasan ini. Akan tetapi, Anda harus memakai pakaian tertutup dan memiliki tingkah yang sopan. Peninggalan dari Kerajaan Demak satu ini terletak di Kota Demak, tepatnya di Desa Kadilangu.
    Sunan Kalijaga yang bernama Raden Mas Syahid wafat pada tahun 1520. Makam beliau setiap harinya tidak pernah sepi oleh para pengunjung. Mereka yang sambang kesini melakukan doa yang bertujuan agar diberikan keberkahan serta kemudahan dalam hidup yang dijalani.

    Kentongan

    Kentongan merupakan salah satu alat yang memiliki fungsi seperti bedug yaitu sebagai seruan bagi masyarakat untuk menunaikan ibadah sholat. Alat ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang masih dilestarikan. Kentongan dibuat dengan menggunakan bambu dan dibentuk menyerupai tapal kuda. Untuk menghasilkan suara, alat ini harus dipukul dengan sedikit tenaga.

    Mimbar (Dampar Kencana)

    Mimbar dulunya terdapat di Masjid Agung Demak merupakan salah satu peninggalan dari Kerajaan Demak yang disebut dengan Dampar Kencana. Akan tetapi sekarang dampar ini telah disimpan di museum sebagai salah satu cara untuk menjaga peninggalan tersebut. Bagi Anda yang ingin melihat dampar kencana, jangan khawatir. Sebab, museum ini terletak di dalam Masjid Agung Demak.

    Mihrab

    Peninggalan dari Kerajaan Demak selanjutnya yaitu Mihrab yang dibangun dengan tujuan sebagai tempat imam saat sholat jamaah berlangsung. Bagian dalam Mihrab terdapat prasasti Condro Sengkolo yang merupakan gambar dari hewan bulus. Mihrab ini dibangun dengan menggabungkan 2 kebudayaan, yaitu jawa dan islam atau biasa disebut dengan akulturasi.

    Pintu Bledek

    Pintu Bledek atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Pintu Petir ini dipahat oleh Ki Ageng Selo sejak tahun 1466. Masyarakat percaya bahwa dulunya pintu itu dibuat dengan sambaran petir dan kekuatan supranatural yang dimiliki Ki Ageng Selo. Anda dapat percaya ataupun tidak percaya mengenai cerita tersebut.
    Pada masa kekuasaan Raden Patah, Pintu Bledek ini digunakan sebagai pintu utama untuk memasuki Masjid Agung Demak. Semakin bertambahnya tahun, pintu ini pun mengalami kerusakan pada beberapa bagiannya. Sehingga dilepas dan diletakkan pada Museum Masjid Agung Demak. Pintu Bledek sebagai bentuk peninggalan ini dapat Anda saksikan saat berkunjung kesini.

    ——————–

    Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Cosmo Girl