Akademisi Kuntjoro Pinardi Sukses Menerangi Seribu Rumah di Desa Terpencil Papua

Tidak mudah memutuskan kembali ke tanah air ketika sudah mendapatkan kesuksesan di luar negeri. Namun, Kuntjoro Pinardi membuktikan bahwa ia menjadi salah satu orang yang mengambil resiko besar itu. Sumbangsi akademisi sukses tersebut sebagai aksi yang tergolong melebihi para influencer.

Kehidupan yang sudah nyaman ditinggalkannya demi membantu masyarakat yang berada di pedalaman Papua. Ia turun gunung dan mengorbankan karir menterengnya di Eropa demi memberi penerangan di pedalaman ujung timur Indonesia. 

Proyek Kuntjoro Pinardi Menerangi Ribuan Rumah di Pedalaman Papua

Mantan Dirut PT PAL memutuskan lebih memilih membangun Desa Welahi di pedalaman Papua yang kesulitan mendapatkan aliran listrik. Aksi nyata anak bangsa ini mampu menjadi tongkat estafet pembangunan yang harus terus berlanjut. Kisahnya yang menginspirasi dimulai dengan proyek Pembangunan Listrik Tenaga Mikrohidro atau PLTMH.

Berikut ini beberapa fakta menarik PLMTH yang mampu menerangi seribu rumah di pedalaman Papua:

  • Proyek yang melibatkan masyarakat

Menariknya PLTMH tidak hanya semata untuk membangun, Kuntjoro Pinardi memilih melibatkan masyarakat tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan. Ia bahkan mengajak ratusan ibu-ibu terlibat dan bekerjasama untuk memberi manfaat kepada orang lain.

Sebelum melaksanakan aksi nyata membangun negeri, guru besar di sebuah kampus luar negeri ini adalah seorang diaspora. Ketertarikannya membangun Papua bukan karena sebuah proyek saja. Melainkan juga karena ingin memperbaiki stigma negatif yang melekat pada masyarakat di daerah lain.

Nilai project pengerjaan Mikrohidro tidak besar, hanya setara dengan 120 kilowatt. Proyek tersebut mampu menerangi 1.000 rumah.

  • Tantangan dan kisah yang menginspirasi

Alumni dari UGM tersebut mampu menaklukkan beberapa tantangan saat pembangunan PLTMH di Desa Wehali. Desain untuk proyek tersebut ternyata terjadi kesalahan. Sebab, mustahil membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro di tanah milik masyarakat. Hal tersebut sangat berpotensi memicu konflik hingga gangguan.

Namun, kisah Kuntjoro Pinardi yang penuh tantangan tersebut justru menghadirkan kisah penuh inspirasi. Pada saat memulai pembangunan produk, tim yang dibawanya sangat minim. Tim hanya cukup untuk membangun jaringan pipa sepanjang 400 meter saja. Selain itu, metode yang digunakan juga berbeda karena tidak mengandalkan pelat baja.

Kondisi tidak memungkinkan jika ia membawa pelat baja di desa tersebut. Keputusan terbaik yaitu membeli pipa sebanyak 36 buah dengan panjang 12 meter yang lebih efisien untuk pengerjaannya. Kisah lain yang menginspirasi yaitu keputusan akademisi sukses tersebut mengajak ibu-ibu di sekitar Desa Wehali.

Berkat bantuan ibu-ibu, pipa seberat dua ton dapat berada di tempat yang semestinya, sehingga pembangunan tidak terhambat.

  • Memberdayakan masyarakat dengan pendidikan

Jiwa pendidik dari sosok Kuntjoro Pinardi memang tidak bisa hilang begitu saja, walaupun ia sudah meninggalkan profesi tersebut. Ia memberi pelajaran berharga bagi masyarakat sekitar. Pria yang sempat mencicipi jabatan direktur PT PAL tersebut bahkan tidak membawa atau membeli batu untuk proyeknya.

Masyarakatlah yang membantu pengadaan batu yang diperlukan selama pembangunan proyek. Sosok yang menginspirasi ini mengajari cara mencari batu di sungai. Kemudian, masyarakat sekitar diajak untuk mengolahnya untuk membuat bendungan. Tidak hanya terbatas pada hal itu, ia juga mengajak orang-orang membuat batu bata sendiri.

Proyek yang dikerjakan Kuntjoro Pinardi berhasil membantu membuat Desa Welahi teraliri listrik setelah berhasil membangun turbin bersama masyarakat. 

Latar Belakang Pendidikan Mantan Direktur PT PAL

Sosok akademisi yang menginspirasi ini rela meninggalkan kehidupan berkecukupan di Swedia. Ia dipercaya menjadi guru besar madya di sebuah kampus beken di Swedia. Selain itu, ia telah mendapatkan permanent resident dari pemerintah setempat. Namun, panggilan hati tidak bisa dihindari.

Berkontribusi dalam pembangunan merupakan kewajiban bagi anak bangsa sebagai pemegang tongkat estafet mengisi kemerdekaan. Usai 20 tahun menetap di Eropa dan menjadi dosen serta profesional di bidang IT, ia memutuskan kembali.

Lulusan dari Universitas Gajah Mada ini melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di Delt University of Technologi. Tidak berhenti begitu saja, ia memacu diri dengan mengambil kuliah di Chalmers University of Technology di Swedia.

Panggilan hati Kuntjoro Pinardi membangun Indonesia terutama di daerah terpencil telah terwujud. Kini, Desa Welahi telah menikmati penerangan, sehingga roda perekonomian kian membaik.

Tinggalkan komentar